Notification

×

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Setara Bangun Rel 3 Pulau Besar

02 September 2015 | 12:02 AM WIB Last Updated 2015-09-01T17:03:44Z
Kereta cepat. (ilustrasi/ist)

LAMPUNG ONLINE -  Belum jadi prioritas, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung kini menjadi pro dan kontra. Selain biaya yang sangat besar, ironisnya masih banyak pulau di Indonesia belum memiliki jaringan rel kereta.

Proposal kereta cepat yang dikembangkan China CRH380A membutuhkan investasi US$ 5,585 miliar atau sekitar Rp 78 triliun (1 dolar = Rp 14.000). Sedangkan untuk jenis Shinkansen E5 butuh US$ 6,223 miliar atau sekitar Rp 87 triliun, seperti dilansir Detik, Selasa (1/9/2015). 

Jumlah ini cukup untuk membangun rel kereta di tiga pulau besar di Indonesia yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Selain kereta cepat, pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sudah punya rencana pembangunan infrastruktur rel kereta di luar Pulau Jawa. Program ini baru akan dimulai tahun depan.

Pemerintah akan menyambungkan pulau-pulau besar Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua dengan jaringan kereta.

Di Kalimantan, pemerintah sedang menyiapkan rencana pembangunan rel kereta api sepanjang lebih dari 2.428 km yang membentang dari Pontianak, Banjarmasin hingga Samarinda Kalimantan Rp 22,9 triliun.

Selain Pulau Kalimantan ada pula rencana pembangunan 1.399 km rel baru Rp 41,12 triliun di Sumatera. Pembangunan ini merupakan kelanjutan dari rel yang sudah ada di Sumatera sepanjang 111 km.

Di Pulau Sulawesi, pemerintah akan membangun 1.772 km jalur kereta api dengan kebutuhan pembiayaan Rp 31,25 triliun hingga 5 tahun ke depan. Jalur yang dibangun yakni Manado-Bitung-Gorontalo-Palu-Mamuju-Pare-Pare-Makassar-Bulukumba.

Selain itu, Pulau Papua juga masuk dalam daftar perencanaan Pembangunan Rel Kereta Luar Jawa. Tahap awal pemerintah memprioritaskan pembangunan jalur kereta dari Sorong-Manokwari sepanjang 390 km. Total dana mencapai Rp 10,33 triliun.‎

Bila terealisasi, maka proyek ini merupakan yang terpanjang pasca era pemerintahan kolonial Belanda. Pasalnya mayoritas jaringan kereta yang ada saat ini, sekitar 985 km, merupakan peninggalan jaringan kereta era penjajahan. (*)