![]() |
(foto: istimewa) |
LAMPUNG ONLINE - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengalokasikan 1 kargo LNG untuk menyuplai Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung. Tujuannya agar FSRU yang mangkrak sejak Februari 2015 ini bisa beroperasi lagi.
Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup mengungkapkan, satu kargo LNG yang didatangkan ini baru tahap pertama. Namun, ia tidak bisa menyebutkan tahap berikutnya kapan dan berapa jumlah kargo yang akan didatangkan.
"Saya butuh konfirmasi lagi, saya baru mendapat informasi yang satu kargo ini datang Oktober 2015," kata Heri, seperti dilansir Kontan, Senin (28/9/2015).
Ia mengklaim, mangkraknya FSRU Lampung ini bukan sebuah masalah serius. Ia membandingkan dengan FSRU di luar negeri pun juga tidak sepanjang tahun beroperasi.
"Melihatnya harus jangka panjang, begitu ada, tidak harus langsung full satu tahun. Ada tahapannya," kata Heri.
Walaupun begitu, tentu saja biaya sewa FSRU cukup menguras kantong PGN. Namun Heri menekankan sebaiknya melihat bisnis ini jangka panjang karena kontraknya 20 tahun.
"Ini ibarat orang buka toko, harus bayar listrik walaupun dia belum melakukan banyak," jawab Heri.
Dia masih yakin FSRU Lampung ini akan menjadi penyelamat Indonesia saat kekurangan minyak beberapa tahun ke depan. Salah satu alasan mangkraknya FSRU Lampung lantaran pembeli siaga (standby buyer) yakni PT PLN belum menemukan kata sepakat soal harga gas dengan PGN.
Selain menunggu hasil laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral soal masalah harga gas ke PLN, manajemen PGN juga mencoba mencari pembeli lain.
"Ya, kami sedang bernegosiasi, kami sedang mengupayakan tidak hanya PLN, kami usahakan yang lain juga bisa," katanya.
Kelapa Sub Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro menyatakan, PGN ingin mendapatkan pasokan satu kargo LNG dari Tangguh. Namun, pihaknya belum memastikan akan memperoleh dari Kilang Tangguh atau dari Kilang Bontang.
"Kalau dari Tangguh isi 1 kargo LNG itu 145.000 metrik ton, kalau Bontang, 125.000 metrik ton. Tangguh pakai kapal sendiri, kalau Bontang harus sewa kapal," ujarnya.
Elan menyatakan, sebenarnya PGN sudah meminta alokasi 5 kargo LNG. Namun permintaan itu tidak terserap sehingga lima kargo itu dijual ke pembeli lain.
"Sekarang PGN minta lagi 1 kargo LNG, ya kami carikan," imbuh dia.
Sementara, Pengamat Energi John Karamoy menyatakan, PGN kurang perencanaan saat melakukan pembangunan FSRU Lampung. Seharusnya saat proyek ini dimulai semua perjanjian dengan PLN maupun pembeli yang lain harusnya sudah satu suara.
"Harusnya proyek ini selesai dari A sampai Z, ini baru setengah jalan sudah mulai konstruksi," kata John, Minggu (27/9).
Menurut John sekalipun proyek ini jangka panjang dan bertahap, perjanjian dengan pembeli seharusnya sebagian besar sudah terselesaikan.
"Biasanya 80% dari pemakai sudah setuju baru jalan, ini belum sampai 50% sudah jalan," kata John. (*)