Notification

×

Sopir Truk Enggan Naik Kapal 'Tol Laut' Lampung-Surabaya

23 September 2015 | 3:33 PM WIB Last Updated 2015-09-23T08:41:59Z

LAMPUNG - Waktu bongkar muat yang lebih lama dan biaya mahal, sejumlah sopir truk mengaku enggan menggunakan kapal 'tol laut' dari Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung ke Surabaya, Jawa Timur.

Seorang sopir truk, Badar (35), di Bandar Lampung, mengatakan, keengganannya menggunakan fasilitas tol laut sejak awal dan memilih tetap melalui jalur darat. Selain itu, apabila menggunakan tol laut, dia mengaku 'uang jalan' berkurang, yang biasa dia terima dari pelanggan yang memakai jasanya.

"Kami dianggap hanya dari pelabuhan ke pelabuhan, jadi uang jalan dikurangi," ujarnya, Rabu (23/9/2015).

Badar mengaku dia biasa melayani sebuah perusahaan multinasional, untuk mengantarkan produk dari Lampung ke Surabaya, Jawa Timur. 

Hal yang sama juga diungkapkan pengemudi truk lainnya, Hamdan (44) yang berasal dari Sumatera Selatan. Dia mengaku lebih memilih menggunakan Jalur Pantura, daripada menggunakan tol laut dari Pelabuhan Panjang. Efisiensi waktu dan biaya menjadi alasan utama keengganannya menggunakan jasa tol laut. 

"Kalau perusahaan yang memberi pekerjaan minta jalur laut saya tolak, karena saya tidak diberi uang jalan, hanya dapat honor membawa barang, padahal uang jalan itulah salah satu tambahan pendapatan saya selama ini," ujar dia, saat ditemui di Jalan Lintas Sumatera di kawasan Bandar Lampung.

Apabila menggunakan jalur darat, waktu tempuh perjalanan Lampung - Surabaya memakan waktu lebih dari 48 jam. Namun dengan menggunakan fasilitas tol laut, memakan waktu lebih singkat. Kapal yang digunakan untuk mengangkut kendaraan dari Lampung ke Surabaya adalah Kapal Mutiara Persada III, dengan bobot 15.000 gross tonnage dan panjang 151 meter, seperti dilansir Republika.

Kapal tersebut mampu menampung kendaraan hingga 200 unit, mulai dari minibus hingga tronton, dengan biaya Rp3,5 juta hingga Rp10 juta untuk berbagai jenis kendaraan, mulai dari sedan hingga truk. Kapal Mutiara Persada III dioperasikan oleh PT Altosim Lampung Pelayaran, dan merupakan produksi Jepang tahun 1991.

Kapal tersebut sempat mengalami kerusakan pada awal Agustus 2015, dan menjalani perbaikan sementara selama dua pekan, sebelum kemudian beroperasi kembali. (*)