LAMPUNG – Untuk membangkitkan kesadaran wawasan kebangsaan pemuda di seluruh Indonesia, banyak metode yang bisa diterapkan. Salah satunya dengan menggelar kegiatan yang bertemakan wawasan kebangsaan, terutama bagi mahasiswa dan pelajar.
Seperti yang dilakukan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Provinsi Lampung bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, menggelar Lomba Diskusi Parade Cinta Tanah Air, di Ballroom Hotel Sahid, Bandar Lampung selama dua hari, Rabu dan Kamis (1-2/6/2016).
Kegiatan ini diikuti 34 tim dari mahasiswa dan 34 tim pelajar SMA se-Provinsi Lampung, yang dihadiri Kabid Dikmen Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Teguh Irianto, bertema ‘Dengan cinta tanah air akan tercipta generasi muda Indonesia yang mampu menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA)’.
“Tujuannya untuk membentuk karakter bangsa yang berwawasan kebangsaan, serta kesadaran bela negara yang dimiliki mahasiswa dan pelajar SLTA,” ujar Ketua Panitia Pelaksana Mayor (Inf) Dominicus Dedy W, dalam sambutannya, Rabu (1/6).
Selain itu, untuk menumbuhkan rasa kesadaran berbangsa dan bernegara, meningkatkan kemampuan mahasiswa dan pelajar dalam menuangkan ide atau gagasan konstruktif, baik lisan maupun tulisan melalui media diskusi tentang bela negara.
“Memupuk persahabatan dan kerjasama mahasiswa serta pelajar antar sekolah dan kampus di kabupaten kota,” kata Dominicus.
Sementara, Kabid Dikmen Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Teguh Irianto yang membuka lomba ini mengharapkan agar para mahasiswa dan pelajar yang mengikuti lomba ini, dapat mengikutinya dengan baik dan mematuhi keputusan dewan juri.
Adapun dewan juri dalam kegiatan ini sebanyak tiga orang yakni Dr Abdul Syukur MA dari IAIN Raden Intan Lampung, A. Ismail SH, MSi (Disdikbud Provinsi Lampung) dan Mayor (Inf) M Safrianes.
Sementara, Pejabat Kementerian Pertahanan Provinsi Lampung Kolonel (Kav) Robert Owen Tambunan S.Ip mengatakan, alasan dipilihnya metode lomba diskusi karena dengan lomba ini otomatis mahasiswa dan pelajar tersebut akan belajar dari literatur yang ada tentang wawasan kebangsaan.
“Dengan belajar mereka tahu, setelah itu kita gugah untuk berpartisipasi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam menghadapi potensi ancaman globalisasi yang bervariasi. Ancaman yang sangat nyata saat ini adalah kebanyakan ancaman non-militer, khususnya sosial budaya, pengaruh dari luar dan sebagainya,” ujar dia.
Kalau mereka tidak dibekali secara maksimal tentang budaya ini, lanjut Robert, akan mudah terkontaminasi dan dan terpengaruh, yang akhirnya menjadi ancaman bagi kita. Kalau anak muda kita wawasan kebangsaannya kurang, kecintaannya terhadap NKRI kurang, maka habislah.
“Artinya, potensi kita harus kita bangun dari awal. Kita sinergi dengan pemda, dalam hal ini kementerian pendidikan dan kampus-kampus, yang mereka juga sudah punya program, diperkuat dengan program kita, dengan harapan nanti akan lahir pemuda-pemuda yang bukan hanya pintar secara akademik, tapi juga punya wawasan kebangsaan. Kalau sudah punya wawasan kebangsaan, lahir kecintaanya kepada bangsa kita. Kalau sudah cinta kepada bangsa kita, dia mau berkorban untuk membela negara. Itu intinya,” jelas Robert.
Terkait dengan masyarakat ekonomi asean, menurut dia, saat ini kita bebas sekarang. Orang dari luar pun bebas masuk kerja ke tempat kita. Kita pun akan keluar.
“Seperti saya bilang tadi, globalisasi. Pengaruh itu, baik yang datang dari orang-orang luar, cukup besar, dari budaya dan sebagainya, ideologi, termasuk nanti pemuda kita, rakyat kita akan bekerja keluar, yang sementara ini sudah banyak,” kata Robert.
Kalau kita tidak kuat, sambung dia, pengaruh ini akan berdampak. Harusnya yang kita rasakan dampak positif. Tapi dampak negatifnya itu akan terasa juga kalau wawasan kebangsaan, kecintaan terhadap bangsa ini tidak bagus.
“Diharapkan, pemuda-pemuda kita punya wawasan kebangsaan yang bagus. Dari sana lahir rasa cintanya terhadap tanah air. Kalau mencintai, otomatis rela berkorban untuk membela negara. Bela negara itu bukan hanya semata angkat senjata. Tapi dia peduli. Peduli dengan sesama, peduli dengan lingkungan dan kehidupan bangsa ini, tidak apatis dan mau berpartisipasi,” jelas Robert. (lan)