LAMPUNG - Untuk mengatasi defisit daya listrik yang mengakibatkan terjadinya pemadaman bergilir, Pemerintah Provinsi Lampung mendorong pembangunan pembangkit listrik baru di daerah ini.
Kondisinya bertambah parah karena pertumbuhan konsumsi listrik di Lampung tertinggi di Sumatera, yaitu sebesar 7,76 persen pada tahun 2015 dibandingkan di Sumatera umumnya yang hanya 5,1 persen.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lampung, Taufik Hidayat menanggapi pemadaman bergilir listrik yang parah melanda Provinsi Lampung sejak empat hari terakhir ini.
Penyebabnya, terjadi pengurangan pasokan listrik di Sumatera Selatan akibat terjadinya gangguan di sejumlah pembangkit.
Defisit daya listrik di Lampung antara lain dipengaruhi pertumbuhan konsumsi listrik di daerah ini yang tertinggi di Sumatera, yaitu sebesar 7,76 persen pada tahun 2015 dibandingkan di Sumatera umumnya yang mencapai 5,1 persen.
"Pertumbuhan konsumsi listrik itu belum diimbangi dengan penambahan daya listrik dan pembangunan pembangkit listrik baru," ujarnya, Jumat (2/10/2015).
Dijelaskan Taufik, saat ini total pasokan daya listrik di Lampung mencapai 791,0 Megawat (MW), sementara dari pembangkit sendiri 541 MW dan sisanya ditransfer interkoneksi listrik dari Sumbagsel sebesar 250 MW. Lalu beban puncak daya listrik di Lampung mencapai 795,7 MW, dengan cadangan daya operasi minus (-4,7 MW).
"Artinya, hingga kini kondisi daya listrik di Lampung masih mengalami defisit," ujar Taufik.
Padahal, lanjutnya, cadangan daya listrik aman secara minimal sebesar 90 MW, kondisi aman sedang 180 MW, dan kondisi ideal 30 persen beban puncak, yaitu 230 MW. Dengan suplai listrik Provinsi Lampung sekitar 36 persen berasal dari transfer (sistem interkoneksi Jawa-Sumatera) rentan gangguan atau tidak handal.
Karena itu, Pemerintah Provinsi Lampung mendorong pembangunan pembangkit listrik baru, dengan prakiraan daya total mencapai 1.261 MW, dan mulai berjalan sejak tahun 2013 hingga 2021 mendatang.
Adapun pembangkit yang sedang dan akan dibangun yakni PLTU Tarahan (sedang dalam pembangunan), PLTG Sribawono, Semangka, Way Ratai, dan PLTP (panas bumi) Ulubelu 3 dan 4 sebesar 110 MW yang ditargetkan beroperasi tahun 2016-2017.
Menurut Taufik, Provinsi Lampung juga memiliki potensi energi panas bumi sebesar 2.867 Megawatt equivalent (MWe) atau 10 persen dari potensi nasional. Lampung termasuk provinsi ketiga terbesar memiliki potensi panas bumi di Indonesia, dan terbesar nomor tiga secara nasional setelah Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara, seperti dilansir Sinarharapan.
Sementara, pemadaman bergilir (byarpet) listrik di Lampung berlanjut hingga Jumat ini. Pemadaman tersebut tidak saja merugikan pelanggan, terutama usaha kecil yang tergantung pada daya listrik seperti warnet dan fotokopi.
Tapi juga memacetkan arus lalu lintas di Kota Bandar Lampung, karena sejumlah lampu pengatur lalu lintas padam. Apalagi waktu byarpet sudah tidak beraturan, bisa pagi, siang, sore dan malam hari sehingga sangat mengganggu aktivitas warga.
Peni, seorang warga yang membuka usaha jus buah di seputaran Stasiun KA Tanjungkarang, mengeluh karena usahanya macet akibat pemadaman listrik.
“Ini sudah tiga hari omzet merosot karena tidak bisa memblender buah akibat listrik mati,” jelas dia. (*)