![]() |
John Lennon dan David Chapman (ist) |
SABURAI LAMPUNG - Andai saja masih hidup, kini John Lennon genap berusia 75 tahun pada 9 Oktober 2015. Sayangnya, musikus legendaris kelahiran Liverpool, Inggris, itu harus tewas di tangan David Chapman di usianya yang ke-40.
Saat itu, Senin malam, 8 Desember 1980, John Lennon bersama istrinya, Yoko Ono, baru kembali ke apartemen di Dakota, New York, Amerika Serikat, setelah rekaman lagu Walking On Thin Ice. Saat keluar dari Limusin, belasan penggemar menghampiri John Lennon untuk meminta tanda tangan.
Chapman yang saat itu berusia 25 tahun berada di antara penggemar lainnya dengan memakai jaket cokelat. Pria bertubuh gemuk itu menggenggam revolver kaliber 38, menyapa John Lennon dengan hangat, dan sempat meminta tanda tangan sebelum melontarkan lima peluru ke tubuh John Lennon.
Dengan tubuh berlumuran darah, John Lennon segera dilarikan ke Rumah Sakit Roosevelt. Malangnya, nyawa John Lennon tak dapat diselamatkan. Satu jam kemudian, John Lennon tewas saat berada di instalasi gawat darurat.
"Aku ditembak! Aku ditembak!" itulah kalimat terakhir yang diucapkan John Lennon sebelum menghembuskan napas terakhirnya, seperti dilansir Tempo, Jumat (9/10/2015).
Anehnya, setelah menembak John Lennon, Chapman tidak meninggalkan tempat kejadian. Chapman tetap di sana sambil membaca novel Catcher in The Rye karya J. D. Salinger sampai polisi datang menangkapnya. Dalam interogasinya, Chapman bahkan mengakui bahwa karakter fiksi Holden Caulfield yang apatis, sarkas, dan anti-kepalsuan dalam novel itu telah menjelma ke dalam dirinya.
"Aku yakin sebagian besar dari diriku adalah Holden Caulfield, tokoh utama dalam buku ini. Sebagian kecil dalam diriku pasti adalah iblis," ujar pria kelahiran Foth Wourth, Texas, pada 1955.
Pembunuhan yang telah direncanakan lebih dari tiga bulan ini dipicu oleh obsesi Chapman yang berlebihan terhadap John Lennon dan kelainan mental Chapman.
Saat itu, Senin malam, 8 Desember 1980, John Lennon bersama istrinya, Yoko Ono, baru kembali ke apartemen di Dakota, New York, Amerika Serikat, setelah rekaman lagu Walking On Thin Ice. Saat keluar dari Limusin, belasan penggemar menghampiri John Lennon untuk meminta tanda tangan.
Chapman yang saat itu berusia 25 tahun berada di antara penggemar lainnya dengan memakai jaket cokelat. Pria bertubuh gemuk itu menggenggam revolver kaliber 38, menyapa John Lennon dengan hangat, dan sempat meminta tanda tangan sebelum melontarkan lima peluru ke tubuh John Lennon.
Dengan tubuh berlumuran darah, John Lennon segera dilarikan ke Rumah Sakit Roosevelt. Malangnya, nyawa John Lennon tak dapat diselamatkan. Satu jam kemudian, John Lennon tewas saat berada di instalasi gawat darurat.
"Aku ditembak! Aku ditembak!" itulah kalimat terakhir yang diucapkan John Lennon sebelum menghembuskan napas terakhirnya, seperti dilansir Tempo, Jumat (9/10/2015).
Anehnya, setelah menembak John Lennon, Chapman tidak meninggalkan tempat kejadian. Chapman tetap di sana sambil membaca novel Catcher in The Rye karya J. D. Salinger sampai polisi datang menangkapnya. Dalam interogasinya, Chapman bahkan mengakui bahwa karakter fiksi Holden Caulfield yang apatis, sarkas, dan anti-kepalsuan dalam novel itu telah menjelma ke dalam dirinya.
"Aku yakin sebagian besar dari diriku adalah Holden Caulfield, tokoh utama dalam buku ini. Sebagian kecil dalam diriku pasti adalah iblis," ujar pria kelahiran Foth Wourth, Texas, pada 1955.
Pembunuhan yang telah direncanakan lebih dari tiga bulan ini dipicu oleh obsesi Chapman yang berlebihan terhadap John Lennon dan kelainan mental Chapman.
Chapman adalah pengagum fanatik The Beatles dan memandang John Lennon sebagai sosok pahlawan. Namun semua kekaguman itu berakhir saat John Lennon membuat pernyataan kontroversial di media bahwa The Beatles "lebih populer dari Yesus".
Chapman pun semakin membenci John Lennon setelah meninggalkan The Beatles. Ketika merilis album solo, menurut Chapman, John Lennon jadi banyak bicara soal kepalsuan dan menyinggung religiusitas seperti dalam lagu Imagine dan God.
"Dia pikir dia itu siapa? Dia bicara soal Tuhan, surga, dan The Beatles? Dia mengatakan tidak percaya pada Yesus dan semacamnya? Saat itu, pikiranku disesati oleh kemarahan dan kemurkaan," ujar Chapman dalam pengakuannya.
Pada 2012, Chapman dipindahkan ke Wende Correctional Facility, di Alden, New York. Karena perbuatannya, Chapman mendapat hukuman penjara seumur hidup. Chapman mengakui dirinya bersalah dan terus mengajukan pembebasan bersyarat, meski selalu ditolak hakim.
"Saya minta maaf karena menyebabkan kepedihan ini. Saya minta maaf karena menjadi orang bodoh dan memilih jalan yang sesat demi kejayaan," ujar Chapman pada 2014. (*)
Chapman pun semakin membenci John Lennon setelah meninggalkan The Beatles. Ketika merilis album solo, menurut Chapman, John Lennon jadi banyak bicara soal kepalsuan dan menyinggung religiusitas seperti dalam lagu Imagine dan God.
"Dia pikir dia itu siapa? Dia bicara soal Tuhan, surga, dan The Beatles? Dia mengatakan tidak percaya pada Yesus dan semacamnya? Saat itu, pikiranku disesati oleh kemarahan dan kemurkaan," ujar Chapman dalam pengakuannya.
Pada 2012, Chapman dipindahkan ke Wende Correctional Facility, di Alden, New York. Karena perbuatannya, Chapman mendapat hukuman penjara seumur hidup. Chapman mengakui dirinya bersalah dan terus mengajukan pembebasan bersyarat, meski selalu ditolak hakim.
"Saya minta maaf karena menyebabkan kepedihan ini. Saya minta maaf karena menjadi orang bodoh dan memilih jalan yang sesat demi kejayaan," ujar Chapman pada 2014. (*)