![]() |
Teknologi HAARP (Foto: US Air Force) |
JAKARTA - Gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,8 di Turki dan Suriah yang menimbulkan ribuan korban jiwa memicu timbulnya sejumlah konspirasi di media sosial.
Salah satu yang cukup ramai beredar mengatakan bahwa gempa Turki itu didalangi oleh Amerika Serikat dengan teknologi bernama HAARP.
Dilansir dari detikcom, Ahad (12/2/2023), HAARP atau High-frequency Active Auroral Research Program adalah penelitian ionosfer yang kerap jadi sasaran teori konspirasi.
Program ini didanai militer, pemerintah AS, dan Universitas Alaska.
Salah seorang pengguna Twitter mengklaim, munculnya sambaran petir sebelum gempa bumi selalu terjadi dalam operasi HAARP.
Hal ini juga dikaitkan dengan gempa Turki, ada yang mengatakan sebelum terjadinya gempa muncul cahaya seperti petir menyambar-nyambar.
Bahkan, ada juga yang mengklaim bahwa gempa bumi di Turki terlihat seperti operasi hukuman oleh NATO atau AS.
"Inilah momen gempa di Turki. Adakah yang bisa menjelaskan apa itu cahaya biru di langit? Langit cerah jadi tidak mungkin kilat," tulis netizen yang lain.
Dia mengatakan hukuman AS diberikan karena Turki menolak ekspansi NATO.
Apakah benar HAARP dapat menyebabkan gempa Bumi seperti klaim teori konspirasi di Twitter itu?
Sejauh ini belum ada teknologi manusia yang terbukti bisa menimbulkan gempa, apalagi skala besar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori konspirasi itu tidaklah benar.
Bahkan, Pejabat Turki ataupun Amerika Serikat juga tidak sedikit pun menyinggung soal HAARP ada di balik gempa itu.
Untuk diketahui, program HAARP ini telah aktif sejak awal 1990-an. Proyek ini sebenarnya memiliki beberapa tujuan, namun yang menjadi fokus utamanya adalah kemajuan teknologi komunikasi radio.
"HAARP adalah pemancar berfrekuensi tinggi, berkekuatan tinggi yang paling mumpuni di dunia untuk mempelajari ionosfer," demikian bunyi rilis Universitas Alaska.
Ionosfer adalah bagian dari atmosfer yang terionisasi oleh radiasi Matahari. Adapun fungsi utamanya yaitu mempengaruhi rambatan radio ke tempat-tempat yang jauh di muka bumi.
"Pengoperasian fasilitas penelitian dipindahkan dari Angkatan Udara Amerika Serikat ke University of Alaska Fairbanks di 11 Agustus 2015, memungkinkan HAARP melanjutkan eksplorasi fenomenologi ionosfer melalui perjanjian penelitian dan pengembangan kerjasama penggunaan lahan," lanjut mereka.
Program HAARP yang dikembangkan ini sama sekali tidak menemukan teknologi untuk memicu gempa.
HAARP memulai rangkaian eksperimen terbesar di observatorium barunya pada pada Oktober 2022, akan tetapi mereka tidak menyebutkan apapun terkait gempa bumi.
Kemunculan Spekulasi soal Konspirasi Teknologi HAARP
Teori konspirasi soal teknologi HAARP yang disebut dapat menciptakan 'bencana alam' buatan sudah beredar cukup lama.
Spekulasi ini salah satunya muncul dengan membawa-bawa ucapan dari seorang fisikawan senior ternama, Prof Michio Kaku.
Pada tahun 2013, Prof Michio Kaku pernah diundang pada acara CBS This Morning. Pada kesempatan itu dia menjelaskan banyak orang yang mengeluh soal cuaca tapi tidak menyadari apa yang bisa mereka perbuat dengan itu.
"Bukannya melakukan tarian pemanggil hujan tradisional, kami fisikawan, menembakkan laser triliunan watt ke angkasa untuk merekayasa terjadinya awan-awan hujan. Kali ini kami menggunakan hukum-hukum fisika bukan dengan mantra," ucap Prof Michio Kaku.
Dia kemudian mengatakan bahwa ilmuwan menggunakan laser triliunan watt untuk membantu agrikultur dengan merekayasa cuaca, dan berkelakar ini juga bisa digunakan untuk mempersiapkan pesta pernikahan.
Ucapan selanjutnya dari sang profesor membuat heboh dan menjadi teori konspirasi.
"Atau pertandingan bola, apa saja untuk kegiatan luar ruangan, dan bahkan badai, itu bisa dilakukan lewat modifikasi cuaca," sambungnya.
Kendati demikian, bukan berarti itu Prof Kaku menyebut HAARP bisa menjadi penyebab atau bertanggung jawab dengan badai-badai yang terjadi.
Tak lama berselang, Prof Kaku kemudian meluruskan pernyataannya yang menimbulkan sejumlah rumor. Dia mengatakan, saat itu ia tengah membahas kemungkinan potensi menurunkan hujan menggunakan laser dan alat lainnya.
"Ceritanya 100% salah," jawab Prof Kaku singkat.
Tentang Stasiun HAARP
HAARP merupakan stasiun cuaca yang terletak di Gakona, Alaska, AS. Stasiun ini memiliki banyak antena transmitter yang bisa menembakkan frekuensi gelombang radio ke atas atmosfer Bumi.
Melansir Ibtimes, HAARP diinisiasi oleh Pentagon di bawah arahan Defense Advance Research Project Agency (DARPA).
Stasiun cuaca tersebut diklaim mampu mempengaruhi ionosfer dan stratosfer. Besar energi pada fasilitas HAARP disebut mencapai 3,6 juta watt.
Para ahli sepakat, meski kelihatannya besar, masih butuh angka lebih besar untuk dapat merekayasa bencana alam. Pemerintah AS juga kerap membantah mengenai teori tersebut. (*)