![]() |
Para buruh korban keracunan dirawat di RSUAM Bandar Lampung. (foto: tribunlampung) |
BANDAR LAMPUNG - Diduga keracunan gas, dua buruh Pelabuhan Panjang tewas dan tiga kondisi kritis usai bongkar muat di dalam kapal di Pelabuhan Panjang, Selasa (27/10/2015) pagi.
Dua buruh yang tewas adalah Udin dan Jumen. Mereka diduga keracunan gas bungkil sawit. Sedangkan tiga buruh yang kritis adalah Nuriti, Muhidin dan Sanuri. Tiga buruh yang kritis kini dirawat di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM).
Berdasarkan
keterangan Nana (40) saksi mata yang ditemui di rumah sakit Abdul
Moelek, kejadian bermula saat kapal pengangkut biji kepala sawit tiba di
pelabuhan panjang untuk bongkar muat.
"Sepeti biasa kalau ada kapal datang pasti buruh datang untuk bongkar muat. Pagi itu datang kapal dari Bangka, kawan-kawan langsung buka palkal (selubung penutup barang kapal) begitu palkal dibuka, bau gas, empat buruh yang lagi kerja itu jatuh pingsan," jelasnya.
Melihat sejumlah buruh pingsan, sesama buruh lainnya kata Nana, termasuk Udin sopir angkutan di pelabuhan ikut menolong.
Namun nahas, Udin dan Jumen nyawanya tidak bisa tertolong dan meninggal saat akan dilarikan ke Puskesmas Panjang.
Sedangkan tiga buruh lainnya Tengnuri, Muhidin dan Nuriti nyawanya masih bisa diselamatkan dan masih dirawat di UGD RSUAM. Tiga buruh lainnya sempat kritis yakni Sanuri, Nuriti, dan Muhidin kini kondisi mereka mulai membaik di ruang unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek.
Sanuri mengatakan, awalnya KM Horai bersandar di dermaga Pelabuhan Panjang sekitar pukul 08.00 WIB. Kapal tersebut mengangkut bungkil sawit.
Begitu palka dibuka, Nuriti dan Muhidin langsung turun ke kapal untuk melakukan bongkar muat. Pada saat itu, Nuriti dan Muhidin pingsan.
Melihat hal tersebut, Udin dan Jumen menolong kedua orang tersebut.
"Ternyata Udin dan Jumen juga pingsan. Saya melihat hal itu lalu saya mau menolong mereka," kata Sanuri.
Namun aroma menyengat dari dalam kapal, kata Sanuri, membuat kepalanya pusing dan pandangan gelap. Sanuri berlari meninggalkan teman-temannya karena tidak kuat menghirup gas sawit.
Sanuri memanggil pihak keamanan. Pihak keamanan membawa empat buruh keluar dari dalam kapal. Saat dalam perjalanan ke Puskesmas Panjang, Udin dan Jumen tewas.
dr Tony petugas medis rumah sakit umum Abdul Moeloek mengatakan penyebab tiga buruh Tengnuri, Muhidin dan Nuriti mengalami pingsan diduga terkena gas amoniak yang berasal dari biji kelapa sawit yang ada di dalam kapal.
"Mereka ini menghirup gas amoniak, dan ini yang diduga menyebabkan mereka pingsan,"ujar Toni.
Sedangkan Jumen dan Udin dua buruh Pelabuhan Panjang lainnya tewas. Tewasnya dua buruh itu pun diduga menghirup gas amoniak yang berasal dari biji kelapa sawit yang diangkut dari sebuah kapal, seperti dilansir Tribunlampung.
Wartawan Dilarang Masuk
"Sepeti biasa kalau ada kapal datang pasti buruh datang untuk bongkar muat. Pagi itu datang kapal dari Bangka, kawan-kawan langsung buka palkal (selubung penutup barang kapal) begitu palkal dibuka, bau gas, empat buruh yang lagi kerja itu jatuh pingsan," jelasnya.
Melihat sejumlah buruh pingsan, sesama buruh lainnya kata Nana, termasuk Udin sopir angkutan di pelabuhan ikut menolong.
Namun nahas, Udin dan Jumen nyawanya tidak bisa tertolong dan meninggal saat akan dilarikan ke Puskesmas Panjang.
Sedangkan tiga buruh lainnya Tengnuri, Muhidin dan Nuriti nyawanya masih bisa diselamatkan dan masih dirawat di UGD RSUAM. Tiga buruh lainnya sempat kritis yakni Sanuri, Nuriti, dan Muhidin kini kondisi mereka mulai membaik di ruang unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek.
Sanuri mengatakan, awalnya KM Horai bersandar di dermaga Pelabuhan Panjang sekitar pukul 08.00 WIB. Kapal tersebut mengangkut bungkil sawit.
Begitu palka dibuka, Nuriti dan Muhidin langsung turun ke kapal untuk melakukan bongkar muat. Pada saat itu, Nuriti dan Muhidin pingsan.
Melihat hal tersebut, Udin dan Jumen menolong kedua orang tersebut.
"Ternyata Udin dan Jumen juga pingsan. Saya melihat hal itu lalu saya mau menolong mereka," kata Sanuri.
Namun aroma menyengat dari dalam kapal, kata Sanuri, membuat kepalanya pusing dan pandangan gelap. Sanuri berlari meninggalkan teman-temannya karena tidak kuat menghirup gas sawit.
Sanuri memanggil pihak keamanan. Pihak keamanan membawa empat buruh keluar dari dalam kapal. Saat dalam perjalanan ke Puskesmas Panjang, Udin dan Jumen tewas.
dr Tony petugas medis rumah sakit umum Abdul Moeloek mengatakan penyebab tiga buruh Tengnuri, Muhidin dan Nuriti mengalami pingsan diduga terkena gas amoniak yang berasal dari biji kelapa sawit yang ada di dalam kapal.
"Mereka ini menghirup gas amoniak, dan ini yang diduga menyebabkan mereka pingsan,"ujar Toni.
Sedangkan Jumen dan Udin dua buruh Pelabuhan Panjang lainnya tewas. Tewasnya dua buruh itu pun diduga menghirup gas amoniak yang berasal dari biji kelapa sawit yang diangkut dari sebuah kapal, seperti dilansir Tribunlampung.
Wartawan Dilarang Masuk
PT
Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Cabang Panjangmelarang wartawan masuk
ke area Pelabuhan Panjang. Dilarangnya wartawan masuk ke area tersebut
oleh pihak keamanan pascaperisitiwa tewasnya dua buruh di dalam
pelabuhan.
"Maaf mas tidak boleh masuk. Silakan konfirmasi ke Pelindo," ujar salah satu petugas keamanan.
Para jurnalis lalu menuju ke kantor Pelindo untuk konfirmasi mengenai tewasnya dua buruh di Pelabuhan Panjang. Pihak keamanan kantor Pelindo Panjang juga tidak memperbolehka wartawan masuk.
Satpam bernama Welli mengatakan, wartawan silakan konfirmasi ke kantor TKBM sebagai penyalur buruh di pelabuhan.
"Maaf mas tidak boleh masuk. Silakan konfirmasi ke Pelindo," ujar salah satu petugas keamanan.
Para jurnalis lalu menuju ke kantor Pelindo untuk konfirmasi mengenai tewasnya dua buruh di Pelabuhan Panjang. Pihak keamanan kantor Pelindo Panjang juga tidak memperbolehka wartawan masuk.
Satpam bernama Welli mengatakan, wartawan silakan konfirmasi ke kantor TKBM sebagai penyalur buruh di pelabuhan.
Adi
Pewakilan Koperasi Tenaga Kerja Buruh Bongkar Muat (TKBM) mengatakan
pihaknya selaku organisasi tempat bernaung para buruh di Pelabuhan
Panjang akan bertanggung jawab terhadap para korban yang meninggal dan
di rawat di rumah sakit.
Sedangkan untuk proses hukum, sambung Adi pihaknya menyerahkan ke pihak yang berwajib.
"Kita tetap support terhadap anggota kita yang kena musibah ini. Hanya permasalahnnya kan ada yang bukan anggota kami, yakni Udin dia supir di pelabuhan, tapi kita upayakan mencari solusi yang terbaik," jelas Adi.
Dia menjelaskan, ada lima korban dalam insiden tersebut yakni dua meninggal Udin dan Jumen dan tiga pingsan Tengnuri, Muhidin, Nuruti, sedangkan beberapa buruh lainnya hanya mengalami pusing dan mual sehingga hanya rawat jalan. (*)
Sedangkan untuk proses hukum, sambung Adi pihaknya menyerahkan ke pihak yang berwajib.
"Kita tetap support terhadap anggota kita yang kena musibah ini. Hanya permasalahnnya kan ada yang bukan anggota kami, yakni Udin dia supir di pelabuhan, tapi kita upayakan mencari solusi yang terbaik," jelas Adi.
Dia menjelaskan, ada lima korban dalam insiden tersebut yakni dua meninggal Udin dan Jumen dan tiga pingsan Tengnuri, Muhidin, Nuruti, sedangkan beberapa buruh lainnya hanya mengalami pusing dan mual sehingga hanya rawat jalan. (*)