Notification

×

Empat Petinggi RSUDAM Lampung Diperiksa BPK

16 October 2015 | 4:51 PM WIB Last Updated 2015-10-16T09:51:04Z
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung. (dok. LO)

LAMPUNG - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa empat petinggi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Lampung. Selain dua direktur rumah sakit rujukan di Provinsi Lampung itu, BPK juga memanggil kepala Bagian Keuangan dan kepala Subbagian Keuangan.

Salah seorang staf di rumah sakit tipe B itu mengakui pemanggilan keempatnya tidak biasanya dilakukan BPK terhadap pejabat di tempat kerjanya.

"Tidak biasanya dipanggil, kalau dipanggil (karena) ada kejanggalan di sini. Selama ini kan jarang mereka (dua direktur) ke sana," ujar staf yang berinisial SR itu, saat ditemui, Kamis (15/10/2015).

Dia juga mengungkapkan seluruh karyawan RSUDAM mengetahui jika uang Koperasi Karya Sehat Rp1,3 miliar tidak diketahui rimbanya hingga kini.

"Sempat ribut RSUDAM karena uang Rp1,3 miliar tidak diketahui di mana, sedangkan para pengurus sebagian sudah nonjob dan memegang jabatan lain di luar RSUDAM," kata PNS rumah sakit tersebut.

Hal lain yang diduga janggal adalah pengadaan ratusan ton bahan bakar minyak (BBM) untuk genset. Fasilitas pendukung juga sebagian tidak dapat dimanfaatkan, seperti dua lift di ruang operasi dan ruang ROI, hampir satu tahun ini kondisinya rusak parah.

"Di sini ada tiga lift, satu jarang dipakai dan dua rusak tidak bisa dipakai sudah hampir setahun ini," kata karyawan lainnya.

Kemudian, hampir seluruh cat pada dinding rumah sakit pelat merah tersebut terkelupas. Selain itu, tidak sedikit juga plafon ruangan rusak dan jebol. Bahkan, sejumlah petugas di rumah sakit itu pun tidak membantah jika terjadi hujan deras nyaris seluruh selasar rumah sakit kebanjiran.

"Termasuk ruang VIP, katanya karena siringnya tersumbat," kata dia.

Menanggapi hal itu, Kasubbag Humas RSUDAM Esti Komalaria membenarkan jika kedua direktur rumah sakit tersebut mendatangi kantor BPK Perwakilan Lampung. Namun, hal itu dianggap kegiatan rutin tiga bulan sekali.

Dia membantah kedatangan dua petinggi itu atas dasar kejanggalan keuangan atau terkait audit yang diisukan belakangan ini.

"Memang rutin tiga bulan sekali dirut datang ke sana untuk laporan, BPK juga sering ke sini," kata Esti yang ditemui di ruang kerjanya, seperti dilansir Lampost.

Pada bagian lain, Direktur Utama RSUDAM Hery Djoko Subandrio mempersilakan BPK melakukan penyelidikan jika ditemukan kejanggalan. 

"Kalau penyimpanganan anggaran Rp1,3 miliar saya tidak tahu, itu bukan urusan rumah sakit, meskipun koperasi itu bergerak di lingkup RSUDAM," kata Hery saat hendak meninggalkan RSUDAM, kemarin.

Dia juga membantah bersama pejabat RSUDAM lainnya dipanggil BPK.

"Kamu tahu dari mana kami dipanggil BPK, tidak benar itu. Pak Gubernur datang ke sini kemarin justru menyuruh kami mendata fasilitas mana yang kurang, nanti diusulkan untuk diperbaiki," kata Hery. (*)